Maulana Al Giyaest (STAIN SAMARINDA) Alamat : Jl.Cipto Mangunkusumo, Rt. 09 Loa Janan ilir Samarinda Seberang

Jumat, 13 Januari 2012

Sumber Sumber Dawah

    Dakwah amar ma'ruf nahi munkar secara praktis telah berlangsung sejak adanya
interaksi antara Allah dengan hamba-Nya (periode Nabi Adam AS), dan akan
berakhir bersamaan dengan berakhimya kehidupan di dunia ini. Pada awalnya Allah
mengajar Nabi Adam AS nama-nama benda, Allah melarang Nabi Adam mendekati
pohon dan Allah memerintahkan para malaikat sujud kepada Nabi Adam, semua
Malaikat pada sujud kecuali Iblis, dia enggan dan takabur. Manusia diciptakan oleh
Allah sebagai khalifah di bumi. Berdakwah, beramar makruf dan bernahi munkar
adalah salah satu fungsi strategis kekhalifahan manusia, fungsi tersebut berjalan
terus-menerus seiring dengan kompleksitas problematka kehidupan manusia dari
zaman ke- zaman, dakwah tidak berada dalam sket masyarakat yang statis, tetapi
berada dalam sket masyarakat yang dinamis dan tantangan dakwah yang semakin
luas dan komplek, oleh karena itu peningkatan kualitas kompetensi muballigh harus
secara terus menerus dilakukan secara efektifi. Disamping itu perlu adanya sebuah
metode yang bagus untuk menjawab tantangan dakwah yang semakin hari semakin
komplit.
Baca Selengkapnya


A. Pendahuluan
     Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan
informasi, telah membawa dampak berarti pada perubahan sendi-sendi etika umat IslamEra globalisasi memiliki potensi untuk merubah hampir seluruh sistem kehidupan masyarakat
baik dibidang politik, ekonomi, sosial budaya, bahkan dibidang pertahanan dan keamanan.
Disamping itu tingkat kemiskinan dan kesengsaraan umat Islam semakin meningkat,
yang berakses bagi timbulnya berbagai problem sosial dan keagamaan. Berbagai penyakit
masyarakat seperti pencurian, perampokan, penodongan, korupsi, pelanggaran HAM dan
sejenisnya merupakan problema mendasar umat Islam saat ini. Ekses yang sangat mendasar
dari problema tersebut adalah timbulnya pendangkalan iman, sebagaimana disinyalir dalam
sebuah ungkapan “ Hampir Saja kefakiran itu menjadi kekafiran “.1
Dalam menghadapi serbuan bermacam-macam nilai, keagamaan, pilihan hidup dan
sejumlah janji-janji kenikmatan duniawi, dakwah diharapkan bisa menjadi suluh dengan
fungsi mengimbangi dan pemberi arah dalam kehidupan umat.
Dakwah ke depan menempatkan perencanaan dan strategi yang tepat dengan merujuk
kepada metode dakwah Rasulullah SAW. Para intelektual muslim dapat merumuskan konsep
dan metode dakwah untuk generasi muda, orang dewasa atau objek dakwah bagi berbagai
lapisan masyarakat yang tingkat pemahaman keagamaannya tergolong rendah atau
sebaliknya bagi masyarakat yang tingkat pendidikannya tergolong tinggi, sehingga materi
dakwah sesuai dengan objeknya.

B. Problematika Dakwah Masa Kini
      Metode dakwah Rasulullah SAW pada awalnya dilakukan melalui pendekatan
individual (personal approach) dengan mengumpulkan kaum kerabatnya di bukit Shafa.
Kemudian berkembang melalui pendekatan kolektif seperti yang dilakukan saat berdakwah
ke Thaif dan pada musim haji.
Ada yang berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah, dengan
menisbatkan pada lokasi-lokasi yang didiami para dai dan muballigh. Artinya, jika pada satu
kawasan sudah ada yang melakukan dakwah, maka dakwah ketika itu hukumnya fardhu
kifayah. Tetapi jika dalam satu kawasan tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal
mereka mampu, maka seluruh penghuni kawasan itu berdosa di mata Allah. Dengan
demikian sebenarnya dakwah merupakan kewajiban dan tugas setiap individu. Hanya dalam
pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi di lapangan.
Jadi pada dasarnya setiap muslim wajib melaksanakan dakwah Islamiyah, karena
merupakan tugas ‘ubudiyah dan bukti keikhlasan kepada Allah SWT. Penyampaian dakwah
Islamiyah haruslah disempurnakan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga cahaya
hidayah Allah SWT tidak terputus sepanjang masa.
Para rasul dan nabi adalah tokoh-tokoh dakwah yang paling terkemuka dalam sejarah
umat manusia, karena mereka dibekali wahyu dan tuntunan yang sempurna. Dibanding
mereka, kita memang belum apa-apa. Akan tetapi sebagai dai dan muballigh, kita wajib
bersyukur karena telah memilih jalan yang benar, yakni bergabung bersama barisan para
rasul dan nabi dalam menjalankan misi risalah Islamiyah. Konsekuensi dari pilihan itu kita
harus senantiasa berusaha mengikuti jejak para nabi dan rasul dalam menggerakkan dakwah,
amar ma‟ruf nahi munkar, dalam kondisi dan situasi bagaimanapun.
Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik
yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk
kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan (entertainment),
kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka peluang munculnya
kerawanan-kerawanan moral dan etika.
Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan
karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi,
keping-keping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya.
Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti
maraknya perjudian, minum minuman keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya
tempat-tempat hiburan, siang atau malam, yang semua itu diawali dengan penjualan dan
pendangkalan budaya moral dan rasa malu.
Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang berbudaya, beradat dan beragama ini,
kemaksiatan yang berhubungan dengan apa yang dinamakan sex industry juga mengalami
kemajuan, terutama setelah terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga
menjamah wilayah yang semakin luas dan menjarah semakin banyak generasi muda dan
remaja yang kehilangan jati diri dan miskin iman dan ilmu. Hal yang terakhir ini semakin
buruk dan mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir tidak ada lagi batas antara
kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam eforia kebebasan yang tak kenal batas.
Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak
boleh kita biarkan lewat begitu saja. Kita harus berusaha mencegah dan mengantisipasi
dengan memperkuat benteng pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak
sedikit korban yang berjatuhan yang membuat kemuliaan Islam semakin terancam dan masa
depan generasi muda semakin suram. Apabila kita tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan
hidup dengan berbagai fasilitasnya, ketika itu pula secara perlahan kita meninggalkan
petunjuk-petunjuk Allah yang sangat diperlukan bagi hati nurani setiap kita. Di samping itu
kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam meng-akses informasi dari waktu ke waktu,
pada gilirannya juga akan membuat langkah-langkah dakwah kita semakin tumpul tak
berdaya.
Bertolak dari faktor-faktor tersebut, agar problematika dakwah tidak semakin kusut dan
berlarut-larut, perlu segera dicarikan jalan keluar dari kemelut persoalan yang dihadapi itu.
Dalam konsep pemikiran yang praktis, Prof. Dr. H. M. Amien Rais,MA. dalam bukunya
Moralitas Politik Muhammadiyah, menawarkan lima „Pekerjaan Rumah‟ yang perlu
diselesaikan, agar dakwah Islam di era informasi sekarang tetap relevan, efektif, dan
produktif.
Pertama, perlu ada pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan
pembagian kerja yang rapi. Ilmu tabligh belaka tidak cukup untuk mendukung proses
dakwah, melainkan diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu teknologi
informasi yang paling mutakhir.
Kedua, setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun
laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di
lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.
Ketiga, proses dakwah tidak boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas
dengan dakwah bil-hal, bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik), biliqtishadiyah
(ekonomi), dan sebagainya. Yang jelas, actions,speak louder than word.
Keempat, media massa cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang juga.
Media elektronik yang dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat
Islam. Bila udara Indonesia di masa depan dipenuhi oleh pesan-pesan agama lain dan sepi
dari pesan-pesan Islami, maka sudah tentu keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi
peningkatan dakwah Islam di tanah air.
Kelima, merebut remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Anak-anak
dan para remaja kita adalah aset yang tak ternilai. Mereka wajib kita selamatkan dari
pengikisan aqidah yang terjadi akibat „invasi‟ nilai-nilai non islami ke dalam jantung
berbagai komunitas Islam di Indonesia. Bila anak-anak dan remaja kita memiliki benteng
tangguh (al-hususn al-hamidiyyah) dalam era globalisasi dan informasi sekarang ini, insya
Allah masa depan dakwah kita akan tetap ceria.
Menyimak uraian-uraian di atas, dapat diprediksi bahwa missi dan tantangan dakwah
tidaklah pernah akan semakin ringan, melainkan akan semakin berat dan hebat bahkan
semakin kompleks dan melelehkan. Inilah problematika dakwah kita masa kini. Oleh sebab
itu semuanya harus dimenej kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan
dihendel oleh tenaga-tenaga berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal.
Mengingat potensi umat Islam yang potensial masih sangat terbatas, sementara kita
harus mengakomodir segenap permasalahan dan tantangan yang muncul, maka ada baiknya
kita coba memilih dan memilah mana yang tepat untuk diberikan skala prioritas dalam
penanganannya, sehingga dana, tenaga, dan fikiran dapat lebih terarah, efektif, dan produktid
dalam penggunaanya.
C. Metode Dakwah
      Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk mendapatkan gambaran
tentang prinsip-prinsip metode dakwah harus mencermati firman Allah Swt, dan Hadits Nabi
Muhammad Saw : Serulah [ manusia ] kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik,dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.“ [ Q.S. An-Nahl 16: 125 ].
Dari ayart tersebut dapat difahami prinsip umum tentang metode dakwah Islam yang
menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah yaitu ; Metode hikmah, metode
mau’izah khasanah, meode mujadalah billati hia ahsan, banyak penafsiran para Ulama‟
terhadap tiga prinsip metode tersebut antara lain :
a. Metode hikmah menurut Syeh Mustafa Al-Maroghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa
hikmah yaitu; Perkataan yang jelas dan tegas disertai dengan dalil yang dapat
mempertegas kebenaran, dan dapat menghilangkan keragu-raguan.
b. Metode mau‟izah khasanah menurut Ibnu Syayyidiqi adalah memberi ingat kepada orang
lain dengan fahala dan siksa yang dapat menaklukkan hati.
c. Metode mujadalah dengan sebaik-baiknya menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhya
Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang melakukan tukar fikiran itu tidak
beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus
menganggap bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling
tolong-menolong dalam mencapai kebenaran. Demikianlah antara lain pendapat
sebagaian Mufassirin tentang tiga prinsip metode tersebut. Selain metode tersebut Nabi
Muhammad Saw bersabda"Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak
mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan
yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim ].
Dari hadis tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu ;
a. Metode dengan tangan [bilyadi],                                                                                                                      tangan di sini bisa difahami secara tektual ini terkait dengan bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan sangat efektif bila,dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah.
b. Metode dakwah dengan lisan [billisan],
     maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad‟u, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati.
c. Metode dakwah dengan hati [bilqolb],
     yang dimaksud metode dakwah degan hati adalah dalam derdakwa harus teta ihklas,dan tetep mencintai mad‟u dengan tulus, apabila suatu saat mad‟u atau objek dakwah menolak pesan dakwah
yang disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan
membenci da‟I atau muballigh, maka hati da‟i tetap sabar, tidak boleh membalas
dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati
da‟i hendaknya mendo‟akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Selain dari metode tersebut, metode yang lebih utama lagi adalah bil uswatun hasanah,
yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam segala hal. Keberhasilan dakwah
Nabi Muhammad SAW banya ditentukan oleh akhlaq belia yang sangat mulia yang
dibuktikan dalam realitas kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Seorang muballigh harus
menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehar-hari.
D. Aplikasi Metode Dakwah
    Ketiga metode dakwah tersebut diaplikasikan dalam berbagai pendekatan, diantarnya
yaitu :
a. Pendekatan Personal; pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual yaitu
antara da’i dan mad’u langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan
langsung diterima dan biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh mad’u akan langsung
diketahui.
b. Pendekatan Pendidikan; pada masa Nabi, dakwah lewat pendidikan dilakukan beriringan
dengan masuknya Islam kepada kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini,
kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi dalam lembaga-lembag pendidikan
pesantren, yayasan yang bercorak Islam ataupun perguruan tinggi yang didalamnya
terdapat materi-materi keislaman.
c. Pendekatan Diskusi; pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewat
berbagai diskusi keagamaan, da‟i berperan sebagai nara sumber sedang mad’u berperan
sebagai undience.
d. Pendekatan Penawaran; cara ini dilakukan Nabi dengan memakai metode yang tepat
tanpa paksaan sehingga mad‟u ketika meresponinya tidak dalam keadaan tertekan bahkan
ia melakukannya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam.
e. Pendekatan Misi; maksud dari pendekatan ini adalah pengiriman tebaga para da‟i ke
daerah-daerah di luar tempat domisisli.
D. Kesimpulan
       Melihat persoalan ummat Islam di atas, nampaknya dakwah Islam harus dilakukan
dengan upaya yang seriaus dan tidak hanya cukup dilakukan dengan dakwah bil lisan,
dakwah yang dibutuhkan adalah kerja nyata yang mampu menimbulkan perubahanperubahan
sosial kemasyarakatan dan mampu memberikan solusi bagi permasalahan umat.
Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan dan petunjuk agar kita
tidak salah pilih dan tidak terlambat, insya Allah.






SUMBER:                                                                                                                                                                
Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer, ,
Jakfar Puteh Saifullah, Dakwah Tekstual dan Kontekstua; Peran dan Fungsinya Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Umat, 
Munzier Suparta, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta, 
Said Bin Ali Al-Qahthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak gyakart
Siti Muriah , Metodologi Dakwah Kontemporer
terjemahan  al-Qur’an 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar