Maulana Al Giyaest (STAIN SAMARINDA) Alamat : Jl.Cipto Mangunkusumo, Rt. 09 Loa Janan ilir Samarinda Seberang

Selasa, 29 November 2011

Komunikasi Dakwah

      Dakwah sudah pasti sebuah komunikasi, tepatnya komunikasi persuasif, karena hakikat dakwah adalah mengajak (da’a, yad’u, da’watan). Namun, komunikasi belum tentu mengandung pesan dakwah. Komunikasi dakwah adalah komunikasi berisi pesan-pesan dakwah/nilai-ajaran Islam. Menurut Al-Quran, dakwah adalah mengajak atau menyeru manusia ke jalan Allah SWT (QS. an-Nahl:125).

Komunikasi Dakwah bisa dikatakan merupakan kajian baru dalam dunia ilmu komunikasi. Selain itu, Komunikasi Dakwah juga merupakan kajian ”sektarian”, yakni bidang kajian yang khusus berkaitan dengan komunitas atau masyarakat beragama Islam (kaum Muslimin) mengingat terminologi da’wah sendiri hanyalah milik Islam.
Baca Selengkapnya


Sejauh ini kita sudah punya banyak kajian baru dalam pengembangan ilmu komunikasi, seperti Komunikasi Politik, Komunikasi Budaya, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Internasional, dan sebagainya. Komunikasi dakwah, dengan demikian, relatif baru bahkan mungkin ”terabaikan” oleh kalangan da’i sendiri.

Komponen dakwah identik dengan komponen komunikasi yang kita kenal selama ini, seperti da’i atau juru dakwah (komunikator, sender, source), mad’u (komunikan, receiver, penerima, objek), pesan (message, yakni materi keislaman/nilai-nilai atau ajaran Islam), dan efek atau feedback (dalam dakwah, efek yang diharapkan berupa iman dan amal saleh/takwa).

Saya mendefinisikan komunikasi dakwah sebagai ”proses penyampaian dan informasi Islam untuk mempengaruhi agar mengimani, mengilmui, mengamalkan, menyebarkan, dan membela kebenaran ajaran Islam”.

Komunikasi dakwah juga dapat dipahami sebagai komunikasi yang melibatkan pesan-pesan dakwah dan aktor-aktor dakwah, atau berkaitan dengan ajaran Islam dan pengamalannya dalam berbagai aspek kehidupan.

Jika dianalogikan dengan pengertian Komunikasi Politik, yakni komunikasi yang berisikan pesan politik atau pembicaraan tentang politik (Dan Nimmo, 1989), maka komunikasi dakwah dapat diartikan sebagai ”komunikasi yang berisikan pesan Islam atau pembicaraan tentang keislaman”.

Pengertian komunikasi dakwah sebagai ”pembicaraan tentang Islam” senada dengan pengertian ”retorika dakwah” menurut Yusuf Al-Qaradhawi (2004), yakni ”berbicara soal ajaran Islam”.

Menurut Al-Qaradhawi, prinsip-prinsip retorika Islam adalah sebagai berikut:

1. Dakwah Islam adalah kewajiban setiap Muslim.
2. Dakwah Rabbaniyah ke Jalan Allah.
3. Mengajak manusia dengan cara hikmah dan pelajaran yang baik.
4. Cara hikmah a.l. berbicara kepada seseorang sesuai dengan bahasanya, ramah, memperhatikan tingkatan pekerjaan dan kedudukan, serta gerakan bertahap.

Prinsip Komunikasi Da’wah


Komunikasi dakwah bukan saja harus baik dalam hal isi (konten) atau pesan (the message, what), melainkan juga harus baik dalam hal cara (the way, how).

Prinsip Komunikasi Islam antara lain benar, baik, amar ma’ruf nahyi munkar, dan bersumberkan Quran & Hadits (“Ajaklah mereka ke jalan Tuhanmu dengan bijak….”; “Bicaralah yang baik atau diam…”; “Bicaralah sesuai dengan kadar intelektualitas mereka…”; “… dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwa mereka.” (QS. An Nisa’ [4] :63)

Gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam bersumberkan Al-Quran: (1) Qaulan Sadida –perkataan yang benar alias tidak dusta (QS. 4:9); (2) Qaulan Baligha –ucapan yang lugas, efektif, dan tidak berbelit-belit (QS An-Nissa :63); (3) Qulan Ma’rufa –perkataan yang baik, santun, dan tidak kasar (QS An-Nissa:5m QS. Al-Baqarah:235, 263, Al-Ahzab: 32); (4) Qaulan Karima –kata-kata yang mulia dan penuh penghormatan (QS. Al-Isra: 23); (5) Qaulan Layinan –ucapan yang lemah-lembut menyentuh hati (QS. Thaha: 44); dan (6) Qaulan Maysura –ucapan yang menyenangkan dan tidak menyinggung (QS. Al-Isra: 28).

Dakwah: Komunikasi Persuasif

Literatur-literatur komunikasi menyebutkan, akar kata persuasif adalah Persuasio (Latin) = membujuk, mengajak, atau merayu. Pengertian itu sama dengan makna dakwah (mengajak, menyeru).

Komunikasi persuasif adalah perilaku komunikasi yang bertujuan mengubah, memodifikasi atau membentuk respon (sikap atau perilaku) dari penerima (R. Bostrom); Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator (Wikipedia).

Tujuan komunikasi persuasif identik dengan tujuan utama dakwah, yakni menanamkan believe (keyakinan) dan mengubah attitude (sikap/perilaku).

Demikianlah, dakwah, apa pun bentuk dan metodenya, merupakan komunikasi. Dakwah selalu merupakan bentuk komunikasi. Dakwah berarti komunikasi; namun tidak semua komunikasi berarti dakwah. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar